Jambi Lemas, Pelaku Usaha Gemas, Rakyat Cemas

Jambi Lemas, Pelaku Usaha Gemas, Rakyat Cemas

Oleh: Yanto, S.Pd, M.Ed

Dosen bahasa Inggris Universitas Jambi

JAMBI LEMAS merupakan singkatan dari Jalan Ancur, Macet, Bensin Ilang, Listrik Enggak Menyala, Air Susah. Itulah gambaran yang paling tepat mengenai keadaan sebagian besar penduduk kota Jambi beberapa hari belakangan. Di setiap pom bensin kita lihat antrian kendaraan yang menyebabkan macet. Mulai pagi hari hingga sore atau malam. Bensin tiba-tiba saja langka. Kalaupun ada, sangat sedikit. Di eceran harganya bisa Rp. 20.000 per liter. Kita seperti berada di sebuah negeri tanpa pemerintahan. Sebab tidak terlihat usaha dari pihak terkait untuk memperbaiki keadaan. Atau mungkin mereka memang tidak berdaya. Kalau ditanya, paling seribu satu alasan akan terdengar. Namun itu tidak akan mengubah apapun. Jadi sebaiknya tidak usah bertanya.

Padahal semua orang tahu bahwa BBM adalah komponen mutlak dalam perekonomian. Ekonomi bisa saja lumpuh jika BBM lenyap dalam jangka waktu yang lama. Padahal ini pernah terjadi beberapa waktu lalu. Namun sepertinya kita tidak pernah belajar dari kesalahan. Kita hobinya justru saling  melempar kesalahan.

Di sebagian daerah kota Jambi mulai Jumat, 8 Juli 2011 kemarin juga terjadi pemadaman listrik. Katanya ada kebakaran di salah satu gardu listrik. Tidak ada kebakaran saja listrik terkadang mati, apalagi ada kebakaran. Tidak tanggung-tanggung, akibatnya harus terjadi pemadaman selama 3 hari. Bisa dibayangkan berapa banyak kerugian yang mesti ditanggung. Tidak hanya oleh dunia usaha, tetapi juga masyarakat biasa. Aktivitas sepertinya lumpuh karena listrik merupakan sumber energi utama usaha jenis apapun. Di rumah tangga, masyarakat tidak bisa beraktivitas terutama pada malam hari. Padahal tidak semua orang mampu membeli jenset. Maka lengkaplah penderitaan kita. Bukannya mau mengeluh, tapi sekedar menyampaikan isi hati.

Lucunya, penderitaan belum selesai sampai di situ. Air tidak mau ketinggalan. Air ingin berpartisipasi dalam menambah penderitaan rakyat Jambi. Lebih dari 3 hari pula air berhenti total mengalir. Biasanya juga sering macet di beberapa tempat tertentu. Alasannya mungkin karena listrik padam. Jadi air tidak dapat dialirkan. Hebatnya lagi, air justru macet setelah beberapa waktu lalu tarifnya dinaikkan. Beginilah sekali lagi layanan publik di negeri ini. Kalau soal menaikkan tarif, kita nomor satu. Tapi jika berkaitan dengan peningkatan layanan, jangan berharap banyak.

Pelaku Usaha Gemas, Rakyat Cemas

Wajar para pelaku usaha gemas karena mereka tidak sanggup berbuat apa-apa. Sementara itu, mereka sangat bergantung pada keempat komponen ekonomi ini yaitu; jalan, BBM, listrik dan air. Gemas dalam artian mereka hanya bisa ngomel dan kesal tanpa pernah tahu kapan semuanya akan berjalan seperti biasa. Gemas juga bisa berarti mengapa tidak ada tindakan antisipasi dari pihak terkait.

Sedangkan rakyat, mereka jelas cemas karena semua menjadi mahal. Bensin bisa sampai Rp.20.000 per liter. Jenset tidak terbeli. Air juga sama. Sehingga aktivitas semuanya jadi terhambat. Mau berusaha, tidak bisa apa-apa. Saya tidak bisa bayangkan bahwa ratusan tukang ojek yang ada di kota ini harus berbuat apa. Mereka serba salah, kalau tetap ngojek nggak sesuai pendapatan dengan penghasilan. Kalau berhenti ngojek, anak dan istri mau makan apa. Mau berutang juga sulit karena utang yang kemarin juga belum dilunasi.

Lalu dimana Jambi Emas itu? Kita juga bingung untuk menjawabnya. Karena kita hingga hari ini tidak pernah merasa mendapatkan emas dalam bentuk apapun. Yang ada justru Jambi Lemas, Gemas dan Cemas. Terus, dimana Jambi Bernas itu? Karena yang ada justru Jambi yang Benar-benar Naas?

Pertanyaan berikutnya adalah kemana kita akan mengadu? Kemana kita akan menumpahkan kekesalan tentang layanan publik ini? Karena di media, yang kita dengar hanya alasan-alasan yang kita sendiri tidak terlalu paham maksudnya. Nampaknya kita diminta harus terus sabar dan lapang dada menerima “cobaan” ini. Dan beruntunglah kita. Karena masyarakat Jambi adalah masyarakat yang jauh dari tindakan anarkis. Ini patut kita syukuri. Barangkali karena orang Jambi adalah orang yang beradat. Jika di televisi kita lihat berbagai tindakan anarkis terjadi di daerah lain sebagai dampak buruknya layanan publik, maka Alhamdulillah hal tersebut tidak terjadi di Jambi. Dan semoga tidak akan pernah.

Jika dipikir-pikir, kalau pemerintahan sekarang mau dipilih lagi untuk periode berikutnya, caranya sangatlah sederhana. Perbaiki layanan publik. Titik. Masyarakat tidak meminta yang muluk-muluk karena mereka yakin pemerintah juga tidak akan bisa memenuhinya. Puluhan bentuk penghargaan dan prestasi juga tidak ada gunanya. Karena itu tidak membri apa-apa kepada masyarakat selain kebanggaan semu. Yang diminta sederhana saja. Asalkan perekonomian di daerah ini berjalan lancar, mereka sudah senang.  Fasilitas umum tersedia dengan baik, rakyat sudah bahagia.

Yakinlah mereka akan dengan senang hati kembali memilih pemerintahan yang sekarang. Sebab, memilih yang baru belum tentu lebih baik. Namun jika yang terjadi adalah ketidakberesan mengurus hajat hidup orang banyak, maka bisa dipastikan masyarakat akan berpikir ulang untuk memilih yang incumbent. Tidak percaya? Coba saja.

Nama: Yanto, S.Pd, M.Ed

Tempat/Tgl Lahir: Padang, 7 Juni 1973

Alamat: Villa Nusa Permata II B.01 depan Asrama Haji Kota Baru jambi

Pekerjaan: Dosen bahasa Inggris Universitas Jambi

Email: yanto7382@yahoo.com

Leave a comment